HIDUP DENGAN DO’A
Berjuta – juta orang menemukan satu – satunya kepuasan hidup dengan do’a dalam do’a dan sembahyang, ingatlah kepada yang punya dunia, kita hidup dihidupi, mendekatlah kepada yg punya hidup.
Rahmat Bima Cirebon
logo
Rabu, 24 Maret 2010
Selasa, 23 Maret 2010
KAROMAH SAYYIDAH NAFISAH
KAROMAH
SAYYIDAH NAFISAH
Para penulis sejarah tentang riwayat hidup
Sayyidah nafisah, cicit Nabu Muhammad SAW,
ada yang menjelaskan sampai 150 karomah. Kami nukilkan beberapa di antaranya
Menuturkan tentang salah seorang sufi besar wanita yakni Sayyidah Nafisah, putri Hasan Al Anwar bin Zaid Al Ablaj bin Imam Hasan ‘Ali bin Abi Thalib, dan persahabatannya dengan Imam Syafi’i.
Kali ini kami menuturkan kisah Sayyidah Nafisah, khusus yang berkaitan dengan keramat atau karomah yang dinisbahkan kepada beliau.
Perlu diketahui, karomah-karomah yang dinisbahkan kepada Sayyidah Nafisahsangatlah banyak. Para penulis tentang riwayat hidupnya menceritakan dengan panjang lebar, bahkan ada yang menceritakan sampai 150 karomah.
Sebagian karomah itu terjadi ketika Sayyidah Nafisah masih hidup, sedangkan yang lainnya terjadi setelah wafat. Di antara karomah – karomahnya yang terjadi ketika dia masih hidup adalah yang berhubungan dengan kesembuhan seorang gadis Yahudi dari dari penyakit Lumpuh.
Diceritakan bahwa sayyida nafisah datang ke Mesir, dia tinggal bertetangga dengan keluarga Yahudi yang memiliki seorang anak gadis hang lumpuh. Pada suatu hari, ibu si gadis pergi untuk suatu keperluan . Sang ibu menitipkan anaknya di tempat tetangganya, Sayyidah Nafisah.
Ketika Sayyidah Nafisah Berwudhu, air basuhannya jatuh ketempat gadis Yahudi yang lumpuh itu. Tiba-tiba Allah memberi ilham kepada si gadis, agar mengambil air wudhu tersebut sedikit dengan tangannya, dan membasuh kedua kakinya dengan air itu.
Maka dengan izin Allah, anak itu dapat berdiri dan lumpuhnya hilang. Saat itu terjadi, Sayyidah Nafisah sudah sibuk dengan shalatnya. Ketika anak itu tau ibunya sudah kembali, dia mendatanginya dengan berlari dan mengisahkan apa yang telah terjadi.
Maka menangislah si ibu karena sangat gembiranya, lalu berkata, “ tidak ragu lagi, agama Sayyidah Nafisah yang mulia itu sungguh-sungguh agama yang benar ! “
Kemudian dia masuk ketempat Sayyida Nafisah untuk menciuminya. Lalu dia mengucapkan Kalimat Syahadat dengan Ikhlas karena Allah SWT. Kemudian datang ayahnya si gadis yang bernama ( Ayub Abu Assaraya ), yang merupakan seorang tokoh yahudi. Ketika dia melihat anak gdisnya telah sembuh, dia pun sangat gembira dan bertanya
kepada istrinya tentang sebab kesembuhannya.
Setelah mendengar cerita istrinya, sang ayah mengangkat tangan ke langit dan berkata, “ Maha Suci Engkau yang memberikan petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki. Demi Allah, inilah dia agama yang benar.”
Lalu dia menuju rumah Sayyidah Nafisah dan minta izin untuk masuk. Sayyidah Nafisah mengizinkannya. Ayah si gadis itu bicara kepadanya dari balik tirai. Dia berterima kasih kepada Sayyidah Nafisah dan menyatakan masuk Islam dengan mengatakan , “ Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan bahwa datukmu, Muhammad, adalah Rasul Allah, “
Kisah ini kemudian menjadi sebab masuk islam-nya sekelompok Yahudi yang lain, yang tinggal bertetangga dengan Sayyidah Nafisah.
Diantara keramat Sayyidah Nafisah juga dikisahkan bahwa seorang laki-laki menikah dengan wanita Dzimi dan mendapatkan seorang anak laki-laki darinya.
Anak itu lalu tumbuh dewasa. Pada suatu hari, si anak melakukan perjalanan. Ternyata dia menjadi wartawan di negri musuh. Ibunya pergi ketempat ibadahnya dan merendahkan dirinya, namun tidak ada jawaban.
Maka dia berkata dengan suaminya, “ Aku mendengar bahwa di antara kalian ( orang – orang islam ) terdapat seorang wanita bernama Nafisah binti Al-Hasan Al-Anwar. Pergilah kepadanya. Mungkin dia dapat mendo’akan anak kita agar dapat pulang jika anak kita selamat, aku akan beriman ( Masuk Islam ) melalui dia.
Berangkatlah si suami ke tempat Sayyidah Nafisah untuk meminta do’a untuk anaknya itu. Sayyidah Nafisah mengabulkan permintaan tersebut.
Setelah itu, ketika waktu malam datang, tiba-tiba ada ketukan di pintu rumahnya sang ibu yang kehilangan anaknya. Maka dia bangkit membukakan pintu. Ternyata anaknya telah datang.
Dia lalu bertanya kepada anaknya, “ bagaimana engkau bisa pulang ? “ anaknya menjawab, “ Aku tahu, tiba-tiba ada tangan di atas belengguku, dan aku mendengar ada orang yang mengatakan, lepaskan dia, karena Nafisah binti Al-hasan Al-Anwari telah memberikan syafaat kepadanya.’ Kemudian aku tidak tahu apa-apa sampai aku telah berdiri di pintu ini.
Esok paginya wanita itu pergi menemui Sayyidah Nafisah. Setelah berterima kasih kepadanya, dia menyatakan masuk islam.
Berikutnya ada cerita tentang seorang penguasa yang lalim dan apa yang terjadi padanya. Diceritakan bahwa salah seorang ( penguasa Mesir ) benar-benar terkenal akan kelalimannya.
Pada suatu hari, penguasa ini memerintahkan dilakukan penangkapan terhadap seseorang untuk disiksa. Orang itu lalu ditangkap. Ketika Dia bersama para pembantu sang penguasa melewati rumah Sayyidah Nafisah, dia meminta perlindungan kepadanya.
Sayyidah Nafisah mendengar permohonan orang malang itu. Setelah mendo’akannya agar selamat, Sayyidah berkata kepadanya, “ Hijab Allah akan menghalangi pandangan orang lalim darimu.”
Orang tersebut dibawa dihadapkan kepada penguasa lalim itu. Tetapi, si penguasa tidak melihatnya, dia bertanya kepada para pengawal, “ mana orang itu ? “ mereka menjawab, “ dia telah berdiri di hadapan paduka. “
Penguasa itu berkata lagi, “ Demi Allah aku tidak melihatnya, “ seorang pengawal kemudian bercerita, “ kami tadi melewati Sayyidah Nafisah dan orang ini meminta do’a kepadanya. Lalu Sayyidah Nafisah berkata kepadanya. ‘ Hijab Allah akan menghalangi padangan orang-orang yang lalim darimu, “ begitulah paduka. “
Maka berkatalah penguasa itu, “apakah kelalimanku membuat Allah menghalangi pandanganku dari orang orang yang dilalimi berkat do’a Sayyidah Nafisah ? “
Penguasa itu lalu bertaubat kepada Allah dan merendahkan diri padaNya agar taubatnya diterima dan menyingkapkan pandangannya. Ia memohon , “ Ya Allah Ya Tuhanku, aku bertaubat kepadamu.
Seketika dia pun dapat melihat orang yang dilaliminya sedang berdiri di hadapannya. Dia lalu memanggilnya, kemudian mencium kepalanya dan memberinya hadiah serta mempersilahkan pergi dari tempat itu dengan mengucapkan terima kasih.
Kemudian si penguasa mengumpulkan hartang dan menyedekahkan kepada para fakir miskin. Dia juga mengirimkan 100,000 dhirham kepada Sayyidah Nafisah dan mengatakan kepadanya, “ ini sebagai tanda syukur kepada Allah dari seorang hamba yang telah bertaubat kepadaNya.”
Sayyidah mengambil uang itu dan membagi-bagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Imam Al Manawi saat berbicara tentang karomah-karomah Sayyidah Nafisah, mengutip keterangan yang diriwayatkan oleh Al Azhari dalam kitab ( Al-Khawakib As-Sayyarah ) yang secara ringkas menyebutkan, sebagai berikut ini :
Ada seorang wanita tua yang memiliki empat orang gadis. Mereka dari hari – ke hari makan dari hasil tenunan wanita itu. Sepanjang waktu dia membawa tenunan yang dihasilkannya ke pasar untuk di jual. Setengah hasilnya digunakan untuk membeli bahan tenunan. Sedangkan setengahnya untuk biaya makan minum mereka.
Suatu ketika, wanita itu membawa tenunannya yang ditutupi kain lusuh berwarna merah ke pasar tiba-tiba seekor burung menyambar kain itu beserta isinya, yang merupakan
hasil usahanya selama seminggu.
Menyadari musibah yang menimpanya, wanita miskin itu jatuh pingsan. Ketika sadar, di duduk sambil menangis. Dia berpikir bagaimana akan memberi makan anak-anak yatim yang diasuhnya.
Melihat kesedihan nenek ini, orang-orang kemudian memberikan petunjuk kepadanya agar menemui Sayyidah Nafisah. Sang nenekpun menuruti nasehat tersebut. Dia pergi ketempat Sayyidah Nafisah dan menceritakan musibah yang menimpa dirinya seraya meminta do’a kepadanya.
Sayyidah Nafisah lalu berdo’a,” Wahai Allah, Wahai Yang Maha Tinggi dan Maha Memiliki, gantikanlah untuk hambaMu. Ini apa yang telah rusak. Karena, karena mereka adalah makhluMu dan tanggunganMu. Sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Setelah berdo’a demikian, kemudian Sayyidah Nafisah berkata kepada wanita tua itu, “ duduklah, sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. “
Maka duduklah wanita tersebut menantikan kelapangan atas musibahnya, sementara hatinya terus menangisi anak-anaknya yang masih kecil.
Tidak beberapa lama kemudian, datanglah sekelompok orang menemui Sayyidah Nafisah. Mereka bercerita tentang apa saja yang baru dialami. Diceritakan, mereka sedang mengadakan perjalanan laut ketika tiba-tiba terjadi kebocoran dan perahu mereka nyaris tenggelam.
Sekonyong-konyong datang seekor burung yang menempelkan kain merah berisi tenunan di lobang itu, sehingga lobang tersebut tersumbat. Dengan izin Allah perahu pun tidak jadi tenggelam dan terus berlayar sampai kepelabuhan.
Sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Atas keselamatan mereka, kepada Sayyidah Nafisah orang-orang itu memberikan uang ( Limaratus dinar ). Maka menangislah Sayyidah Nafisah seraya mengatakan, “ Tuhanku, Jungjunganku, dan Penolongku, alangkah kasih dan sayangnya Engkau kepda hamba-hambaMu.
Sayyidah Nafisah kemudian mendatangi wanita tua tadi, dan bertanya kepadanya berapa dia menjual tenunanya. “ Dua puluh dirham, ‘ jawabnya. Sayyidah Nafisah memberinya ( Limaratus dinar )
Wanita itu mengambil uang tersebut, lalu pulang kerumahnya. Kepada putri – putrinya, dia menceritakan kejadian yang telah dialaminya. Maka mereka datang menciummSayyidah Nafisah serta mengambil berkah darinya, seraya menawarkan diri untuk menjadi pelayan.
Disarikan dari kitab Asy-Sya’rawi :
Ana min Sulalah Ahl Al-Bait,
karya Sa’id ‘Ainain.
HUSAIN AN-NUR AL-BAGHDADI
HUSAIN AN-NUR AL-BAGHDADI
Husain an-nuri, lahir di baghdad dan keluarganya berasal dari Khurasan. Dia adalah murid Sari As-Saqathi dan sahabat karib Al-junayd. Seorang tokoh sufi terkemuka di kota Baghdad dia telah mengubah berbagai syair mistis yang indah. Dia meninggal pada tahun 295 H / 908 M.
Menurut keterangan yang termaksud dalam berbagai kitab tasauf,Husain pada masa hidupnya melakukan disiplin diri seperti dilakukan oleh Al-Junayd. Dia dijuluki Nuri ( Manusia yang memperoleh cahaya ) karena setiap kali dia berbicara di suatu ruangan pada malam yang gelap, dari ( mulutnya keluar Cahaya ) sehingga seluruh ruangan tersebut menjadi terang.
Alasan lain mengapa dia dijuluki demikian adalah karena dia menjelaskan Rahasi – rahasia yang paling pelik dengan cahaya intuisi. Tetapi versi yang ketiga mengatakan bahwa dia mempunyi tempat menyepi di tengah padang pasir, dimana dia bisa shalat di sepanjang malam dan apabila dia berada ditempat itu, orang – orang dapat menyaksikan cahaya yang memancarkan dari tersebut.
Sebagai seorang wali Allah, Husaian memang dianugrahi banyak keajaiban atau karamah. Selain yang tersebut di atas, ada banyak kisah yang menunjukan hal tersebut. Sekedar contoh, suatu ketika pasar budak di kota Baghdad terbakar dan banyak orang yang tebakar hidup-hidup. Di dalam sebuah toko, dua orang budak Yahudi yang tampan terkurung api. Pemilik budak – budak itu berteriak – teriak,” siapa saja yang dapat menyelamatkan mereka, akan kuberi seribu keping dinar emas.”
Tetapi tak seorangpun berani mencoba menyelamatkan budak-budak tersebut. Pada saat yang sangat kritis itu tiba-tiba munculah Nuri. Sambil mengucapkan, “ dengan nama Allah yang Maha Pengasuh lagi Penyayang” dia mencebur kedalam lautan api itu dan menyelamatkan keduanya. Kemudian pemilik budak-budak itu hendak memberi seribu dinar emas seperti yang telah dijanjikannya kepada Nuri.
Simpanlah emas-emasmu itu,” Nuri menolak.” Berterima kaihlah kepada Allah, sesungguhnya kemulaian yang telah diberikan kepadaku ini adalah karena aku tidak mau menerima emas dan menukar akhirat dengan dunia.
Keajaiban lainnya, misalnya, pada suatu hari ada seorang buta mengeluh, “ Ya Allah “ Nyri lalu menghampiri orang buta itu dan berkata,” apakah yang engkau ketahui tentang Allah ? seandainya pun engkau telah mengenalNya, mengapakah engkau masih hidup ?
Setelah berkata demikian kesadaran Nuri hilang dan dadanya dipenuhi oleh hasrat mistis. Maka berjalanlah dia menuju padang pasir melalui padang lang – alang yang baru ditebas sehingga tibuhnya penuh luka. Anehnya, dari setiap tetes darah yang tumpah ke atas tanah terdengarlah suara,” Ya Allah.”
Ketika orang – orang membawa Nuri pulang dari padang alang-alang itu mereka berkata kepadanya,” katakanlah , tiada tuhan selainAllah.”
Nuri menjawab,” aku justru sedang menuju kepada-Nya,” dan, tidak lama kemudian dia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir.
MENANGIS ALA SUFI
MENANGIS ALA SUFI
Tangis dan air mata dinilai sangat tinggi
Oleh orang – orang Sufi.
Tangis penyesalan akibat kesadaran
Tentang segala dosa yang pernah diperbuat,
bukan tangis si cengeng
Yang tidak terpenuhi nafsu dunianya ....
Bagi seorang sufi tangis dan air mata itu mendapat nilai tertentu sebagai bukti penyesalan diri atas kehendak Tuhan. Dalam Qur’an memang disebutkan sebuah ceruta dari segolongan manusia yang meresa menyesal atau dosa yang diperbuatnya, kemudian diperingatkan akan akibatnya yang pedih dalam Neraka, “
Hendaklah mereka tertawa sedikit, dan memperbanyak menangis, sebagai balasan untuk apa yang mereka lakukan. “ ( Qur’an 1X : 82 ).
Lalu tangis dan tumpahan air mata itu menjadi satu amal abadiyah, suatu Riyadho, yang terpuji bagi seorang Sufi. Mereka mengemukakan, bahwa Nabi –Nabi pun menangis untuk menyesali dosanya.
Bukankah Nabi Daud atas penyesalannya pernah menumpahkan air mata yang tidak sedikit? Ya, dikisahakan Nabi Daud menangis ( 40 hari lamanya ), menumpahkan air mata dalam keadaan sujud, tidak mengangkat – ngangkatkepalanya, sehinga lapangan tandus tempat ia meletakan dahinya menjadi pdang rumput, yang menutupi seluruh kepalanya.
Lalu diserukan kepadanya,” Hai Daud ! tidakah engkau lapar, agar diberi makan ? tidakah engu dahaga, agar diberi minum ? tidakah engkau telanjang, agar diberi pakaian ?
Daud mengais lebih sangat lagi, sehingga terguncang dan keringlah pohon – pohon kayu sekitarnya, serta terbakar dari perasaan takutnya. Kemudian barulah diturunkan taubat pada telapak tangannya, sehingga dia tidak berani membuka untuk makan dan minum, dan tidak berani melihatnya kecuali dia terus menangis.
Kemudian didatangkan oranglah sebuah mangkuk yang berisi dua pertiganya dengan air. Apabila dia hendak meletakan tangannya ke atas mangkuk itu karena ingin minum, dilihatlah dosanya, lalu dia menangis pula, sehingga air matanya yang jatuh kedalam mangkuk itu membuat mangkuk menjadi penuh berlimpah.
Diceritakan, bahwa Nabi daud itu apa bila dia hendak menangis, maka dia akan menahan diri tujuh hari, tidak makan, tidak minum dan tidak mendekati perempuan. Sehari sebelum itu dikeluarkanlah oranglah sebuah mimbar ditengah gurun, sambil memerintahkan Sulaiman, Putranya, menyiarkan berita ke seluruh negri, dan ke seluruh hutan belantara.
Maka berkumpul pada hari itu segala manusia dan binatang hendak mendengar apa yang disampaikan oleh Nabi Daud. Sesudah dia Naik ke atas mimbar yang dikelilingi oleh bani israil, maka Daudpun memulai khutbahnya dengan memuji Tuhan sambil menangis tersedu – sedu.
Tatkala khutbah itu sampai kepada cerita sorga dan neraka maka matilah kebahagiaan yang ada di seluruh Hati dan diri binatang dan manusia yang hadir, dan tetkala cerita itu sampai kepada uraian mengenai hari Kiamat, maka matilah semua makhluk itu.
Waktu Sulaiman, yang berdiri di dekatnya, melihat banyak makhluk yang mati, berkatalah dia kepada Daud, ayahnya, “ Wahai, ayahku ! Engkau telah mencabik – cabik pendengar yang hadir dan telah mati, sebagian dari binatang buas.
Maka barulah Nabi Daud berdo’a, agar binatang dan manusia yang mati kembali dihidupkan. Melihat hal ini, sebagian dari orang Yahudi itu berseru, “ kelihatannya engkau bergegas – gegas minta balasan jasa kepada Tuhan, “
Mendengar hal ini, maka menangis pulalah Daudsambil bersujud.
Demikian seorang sufi memberikan gambaran tangis menyesali diri, tangis Daud yang tak ada taranya, yang harus dicontoh dan diteladani. Untuk mendapat ampunan Tuhan sebagaimana diucapkan kepada Daud itu.
Dalam Al - Qur’an hanya tersebut, “
Sungguh banyak orang yang berserikat itu menganiaya yang seorang kepada yang lain, kecuali orang – orang yang beriman dan beramal salieh, meskipun amat sedikit bilangan mereka itu. Maka tahulah Daud, bahwa kami memuji dia, lalu dia pun meminta ampunan kepada Tuhan, seraya tertelungkup, tunduk dan minta taubat.
Kemudian kamipun mengampuni kesalahn itu. Dipastikan bahwa dia mendapat tempat yang terdekat pada kami dan tempat kembali yang sebaik – baiknya. Wahai Daud ! kami jadikan engkau khalifah di muka bumi. Sebagai berikut itu hendaklah engkau menghukum antara manusia dengan kebenaran, jangan engkau menuruti hawa nafsu , karena dia dapat menyesatkan engkau dari jalan Allah.”
Orang yang sesat dari jalan Allah itu akan mendapat siksa yang keras, karena mereka lupa akan perhitungan pada hari akhir / kiamat. Begitun juga Tangis Yahya dapat dijadikan contoh dan teladan bagi kita dalam menyesali dosa – dosa kita dihadapan Allah.
Diceritakan bahwa jika Yahya menangis menyesali dirinya, menangis pulalah pohon – pohonan, dan Gema Tangisnya membuat berguncang tanah-tanah di sekelilingnya
Demikian Yahya itu, siang malam menangis sehingga air matanya itu merusakan pipinya, sampai kelihatan rahangnya pada orang banyak..
Melihat keadaan itu kemudian Ibunya menambal pipinya dengan bulu-buluan. Tetapi tetkala yahya shalat dia kembali menangis, maka bulu – bulu itu menjadi basah kuyup pula. Tetkala ibunya berulang – ulang datang memeras air mata itu pada bulu itu, yang turut membasahi kedua tangan Ibunya, yahya pun berdo’a “ Ya Tuhanku ! inilah air mataku, inilah Ibuku, dan inilah aku hamba Mu, Limpahilah balas kasihMu, karena Engkau sangat pengasih dan penyayang.
Kemudian pada ayahnya Yahya berkata, “ wahai ayahku ! jibril telah menceritakan kepadaku bahwa antara Sorga dan Neraka terletak sebab yang membahagiakan, yang hanya dapat dicapai oleh orang – orang yang menangis.”
Lalu Zakaria, sang ayah, berkata, “ Wahai anaku ! Kalau demikian menangislah engkau sesukamu. “
Beberapa contoh di atas telah cukup menunjukan bukti bahwa tangis dan air mata dinilai sangat tinggioleh orang – orang sufi, Tangis penyesalan akibat kesadaran tentang segala dosa yang pernah diperbuat, bukan tangis si cengeng yang tidak terpenuhinya nafsu dunianya, ataupun tangis ratapan seseorang yang tidak kuat menanggung cobaan hidup tidak juga tangis manusia yang putus asa atas segala ketentuan Tuhan.
Tangis yang seperti iyu tidak hanya dilarang tetapi juga menurut ilmu jiwa bisa merusak kesehatan jasmani dan rohani, yang menjadikan ( dinding antara manusia denganTuhannya adalah Syahwat ) yang selalu mengganggu Hati dan jiwa manusia, sehingga lupa kepada Tuhannya.
Untuk menembus Hijab penghalang itu, perlu kesadaran, dan kesadaran itu tidak lain tercermin ke dalam sebuah penyesalan yang membawa kepada tangis dan air mata. Jadi kesimpulannya menangis itu tidak hanya pantas dilakukan bagi anak – anak yang masih cengeng saja, justru para manusia dewasa dan sudah tua harus sering – sering menangis karena menyesali segala dosa yang pernah dilakukan, sebelum air mata itu sendiri tidak bisa mengalir dan air mata yang sudah tertutup rapat untuk selamanya – lamnya. “
Langganan:
Postingan (Atom)